Assalamulaikum,
SUDONDO...(SELAMAT PAGI..)!
“Libur tlah tiba, libur tlah
tiba hatiku gembira..”
Cuplikan lagu di atas mengingatkan saya saat menikmati
libur semester 1 kemarin. Bedanya, kali ini saya bukan sebagai siswa, tetapi
sebagai guru. Sudah sampai di Papua Barat, tak lengkap rasanya kalau tidak
mengunjungi tempat wisata bahari yang sangat terkenal keindahanya. Suatu tempat
di mana air laut berwarna hijau terang dan bersih sehingga kita bisa melihat
ikan warna-warni seperti pelangi berenang di permukaan, pasir putih nan lembut,
dan pepohonan alami yang tumbuh di gugusan pulau-pulau karst. Mana lagi kalau
bukan, RAJA AMPAT.
Semua orang yang pernah mendengar misteri
kecantikannya pasti sangat memimpikan untuk bisa mengunjunginya. Bagi orang
yang pernah mengunjunginya, Raja Ampat seolah memiliki zat adiktif yang dapat
membuat wisatawan ketagihan untuk kembali lagi. Bagi yang belum, ini waktunya
membaca tulisan petualangan saya di setitik surga yang jatuh ke bumi itu. Yuk,
ikuti saya! :D
Saat tiba di Raja Ampat, biasanya salah satu
pertanyaan orang adalah, “Mengapa namanya Raja Ampat?” Ternyata ada sebuah
mitos yang menceritakan tentang asal-usul Raja Ampat. Asal mula
nama Raja Ampat menurut mitos masyarakat setempat berasal dari seorang
wanita yang menemukan tujuh telur. Empat butir di antaranya menetas menjadi
empat orang pangeran
yang berpisah dan masing-masing menjadi raja yang berkuasa di Waigeo, Salawati,
Misool Timur dan Misool Barat. Sementara itu, tiga butir telur lainnya menjadi
hantu, seorang wanita, dan sebuah batu.
Dalam perjalanan
sejarah, wilayah Raja Ampat telah lama dihuni oleh masyarakat bangsawan dan
menerapkan sistem adat Maluku. Tiap desa dipimpin oleh seorang raja. Semenjak berdirinya
lima kesultanan
muslim di Maluku, Raja Ampat menjadi bagian dari Kesultanan
Tidore. Itulah mengapa Raja Ampat adalah salah satu daerah di Papua
yang memiliki cukup banyak penduduk Muslim. Setelah Kesultanan Tidore takluk
dari Belanda, Kepulauan Raja Ampat menjadi bagian dari Hindia-Belanda.
How to get Raja Ampat?
Mengunjungi
kepulauan ini tidaklah terlalu sulit walau memang memakan waktu dan biaya cukup
besar. Anda harus ke Sorong untuk memulainya karena tak ada
penerbangan/pelayaran yang langsung menuju Raja Ampat (sudah ada bandara tetapi
belum siap digunakan). Kapal Feri adalah satu-satunya pilihan untuk sampai ke
sana dengan jadwal jam 9 dan jam 14.00 WIT untuk hari Senin, Rabu, dan Jumat.
Hari-hari selain itu hanya ada jam 14.00 WIT. Ongkosnya cukup terjangkau yaitu
Rp 130.000,00 dengan fasilitas ruang ber AC, TV, dan kondisi kapal yang baru
dan bersih. Waktu itu saya dan teman-teman naik kapal Feri dengan jadwal jam
14.00. Perjalanan menempuh waktu 2 jam + keberangkatan yang tertunda selama 30
menit. Begitulah Indonesia.
Selama di
Raja Ampat, kami tinggal di salah satu rumah guru yang mengajar di sekolah
kami. Suami guru tersebut bekerja pada sebuah bank lokal di Kota Kabupaten Raja
Ampat, Waisai. Ini membuat kami menjadi hemat pengeluaran untuk urusan tempat
tinggal. Perlu kita ingat bahwa Raja Ampat adalah sebuah kepulauan. Ini berbeda
dengan Bali yang hanya memiliki 1 pulau utama. Jika di Bali kita ingin
mengunjungi pantai-pantai yang telah mendunia, kita tinggal melakukan
perjalanan darat. Tetapi di Raja Ampat, itu artinya kita harus menempuh
perjalanan laut menggunakan speed boat lagi untuk sampai di titik utama “surga”
itu, misalnya saja ke Wayag.
Rata-rata
untuk sampai ke titik-titik itu membutuhkan waktu 2-3 jam perjalanan. Meski
sudah ada spead boat yang dikelola pemerintah di sana, tetapi kita tetap harus
menyewanya. Ongkos sewa PP bisa mencapai Rp 5000.000,00 untuk sekali
perjalanan. Jadi jika ingin mengeluarkan ongkos yang lebih murah, lebih baik
Anda melakukan perjalanan secara berkelompok agar ongkos speed boat bisa
ditanggung bersama. Speed boat yang digunakan biasanya berukuran sedang yang bisa
menampung sebanyak kurang lebih 15 penumpang. Anda juga
bisa memilih paket wisata jika ingin menikmati keindahan lebih lama. Harga
paket wisata bermacam-macam. Terakhir yang saya tahu ada sebuah paket wisata temurah
ditawarkan dengan harga Rp 1000.000,00 per orang.
Cerita tentang keindahan kepulauan Raja Ampat
dengan Wayag sebagai primadonanya adalah hal yang sudah banyak diketahui. Saya
akan bercerita tentang pengalaman saya selama di Raja Ampat dari sisi lain yang
barangkali belum diketahui banyak orang terutama tentang masyarakatnya.
Kapal Feri Raja Ampat |
Selamat
Datang. Mbilinkayam.
Raja Ampat.
Kabupaten Bahari
Begitulah
ucap tugu selamat datang kepada kita. Tugu yang diresmikan oleh Mantan Menteri
Kelautan dan Perikanan itu diresmikan pada tahun 2007. Peresmian yang dilakukan
oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dilakukan karena Raja Ampat menamai dirinya
sebagai Kabupaten Bahari atau kabupaten yang memfokuskan dirinya pada kegiatan
kelautan. Tugu ini terletak sekitar 200 meter dari Pelabuhan Waisai. Daerah di
sekitar pelabuhan masih sepi penduduk. Satu-satunya jalan besar menguhubungkan
pelabuhaan dengan pemukiman sejauh sekitar 500 meter. Alhamdulillah, meski baru
ada satu jalan besar, tetapi jalan sudah diaspal dan sangat mulus. Belum ada
transportasi umum di Raja Ampat. Sehingga jika kita ingin berjalan-jalan, kita
harus menyewa mobil atau jika mempunyai kerabat Anda bisa meminjam alat
transportasinya.
Perjalanan
dari pelabuhan ke rumah teman kami, kami tempuh dengan naik mobil sewa. Biaya
sewa untuk mengantar kami untuk perjalanan sekitar 1km sebesar Rp 100.000, 00. Selama
di perjalanan terlihat di tengah jalan terdapat banyak lampu jalanan yang
terpasang panel surya di atasnya. Pemanfaatan panel surya ini juga dilakukan di
Kabupaten penempatan saya, Tambrauw. Namun, pemasangannya hanya di rumah-rumah
penduduk. Bukan sebagai sumber energi lampu jalanan.
Sekalipun
kebanyakan wisatawan yang datang ke Raja Ampat saat ini adalah para penyelam,
sebenarnya lokasi ini menarik juga bagi turis non penyelam karena juga memiliki
pantai-pantai berpasir putih yang sangat indah, gugusan pulau-pulau karst nan
mempesona dan flora-fauna unik endemik seperti Cendrawasih Merah, Cendrawasih
Wilson, Maleo Waigeo, beraneka burung Kakatua dan Nuri, Kuskus Waigeo, serta
beragam jenis Anggrek. Bagi seorang back
packer, di sini banyak masyarakat ramah yang dengan senang hati disinggahi.
Masyarakat di sini, terutama di Waisai, cukup heterogen. Orang Sulawesi, Ambon,
Jawa, bahkan saya menemui orang Sumatera Utara bekerja di sini.
Tugu Selamat Datang |
Kumandang Cinta Masjid Agung Waisai
“Allahu Akbar, Allahu Akbar....” kumandang cinta di senja hari kala itu terdengar begitu merdu dari menara Masjid Agung Waisai. Telinga saya begitu rindu pada ajakan untuk bersujud itu. Wajar saja, di kampung penempatan saya tidak ada Masjid sama sekali karena jumlah orang Muslim yang tidak sampai 20 orang dari sekitar 1000 penduduk.
Masjid Agung Waisai terletak di jalan utama Kota Waisai, sekitar 300 meter dari tugu selamat datang. Arsitektur modern pada tiap sudutnya menunjukkan ini adalah Masjid yang baru saja berdiri. Yak, Masjid ini memang baru saja diresmikan tahun 2014. Pada April 2014, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia, Agung Laksono membuka dengan resmi kegiatan Musabakah Tilawatil Quran Ke-5 Tingkat Provinsi Papua Barat. Pembukaan MTQ ke-5 tersebut ditandai dengan pemukulan Tifa dan disaksikan oleh seluruh peserta dan undangan yang memadati pelataran Masjid Agung Waisai, Raja Ampat.
Pembukaan
kegiatan MTQ ke-5 Papua Barat dihadiri Wakil Menteri Agama RI, Kepala Kantor
Kementerian Agama Provinsi Papua Barat, Wakil Gubernur Papua Barat, Pangdam 17
Cenderawasih, Kapolda Papua, Para bupati dan wakil bupati se-Provinsi Papua
Barat, Walikota Sorong, Para Wakil bupati serta sejumlah pejabat tinggi baik
Jakarta, Papua Barat maupun Raja Ampat. Kegiatan MTQ ke-5 ini dihadiri 11 kontingen:
Raja Ampat, Kabupaten Sorong, Kota Sorong, Sorong Selatan, Tambrauw, Manokwari,
Manokwari Selatan, Teluk Bintuni, Kaimana, Teluk Wondama, dan Kabupaten Fakfak.
Panggung MTQ Papua Barat |
Masjid
ini memiliki halaman yang sangat luas sehingga dapat dimanfaatkan untuk suatu
acara dengan leluasa. Masjid yang cukup bersih, aliran udara yang sangat
lancar, dan koneksi internet yang cepat (saya memakai modem karena Masjid ini
belum dilengkapi Wifi) membuat saya betah berlama-lama di Masjid ini. Kekurangan
dari Masjid ini adalah belum banyak taman di halaman Masjid dan belum tertata
dengan baik, kamar kecil dan loker terlihat kurang terawat, dan tidak ada stop
kontak untuk jama’ah.
Selain
untuk kegiatan Solat, Masjid ini juga digunakan anak-anak untuk belajar membaca
Quran. Jika di Solo biasanya anak-anak belajar membaca Quran pada sore hari
setelah Solat Ashar, di Raja Ampat kegiatan itu setelah Solat Isya. Semua
anak-anak yang belajar mengaji adalah para pendatang. Saya hanya menemui
beberapa Jama’a Solat dari suku asli Papua.
Masjid
Agung ini telah mempertemukan saya dengan jama’ah yang ramah seperti Kak Mia
yang berasal dari Kendari dan Bu Nur yang berasal dari Makasar. Mereka mempersilakan
saya untuk berkunjung ke rumahnya. Kak Mia adalah seorang guru Agama Islam yang
tinggal bersama keluarga kakaknya yang bekerja sebagai pengrajin furniture. Kak
Mia waktu itu sedang nunggu SK penempatan. Beliau tertarik mengajar di pelosok
karena merasa sayang sekali anak-anak pelosok tidak mendapat pendidikan yang
baik. Kakaknya telah memiliki 4 orang anak yang lucu-lucu, tetapi satu anaknya
sedang sekolah di Makasar.
Saya juga
menyempatkan diri berkunjung ke rumah Bu Nur. Lebih tepatnya rumah anaknya.
Waktu itu beliau dan suaminya sedang berkunjung ke rumah anaknya karena anaknya
akan menjalani proses persalinan. Rumah asli Bu Nur di Makasar. Suaminya
seorang purnawirawan TNI-AD. Profesi itu membuat Bu Nur pernah tinggal dari
ujung barat hingga ujung timur Indonesia. Keluarga Kak Mia dan Bu Nur adalah
keluarga yang ramah dan baik sekali. Kami masih saling bertanya kabar jika saya
sedang ke kota.
Masjid Agung Waisai Kala Subuh |
Bersama Keponakan Kak Mia
Sunrise
ala WTC
Mungkin Anda
tidak percaya kalau sebenarnya Raja Ampat juga memiliki WTC. Ceritanya, setelah
WTC ditabrak pesawat hingga luluh lantak pada tahun 2001 dulu pemerintah
Amerika menginginkan pembangunan WTC kedua kalinya tetapi di tempat yang lebih
nyaman, aman, dan berada di tengah keindahan alam. Akhirnya pemerintah Amerika
melakukan survey mendalam di banyak lokasi di dunia, salah satunya Raja Ampat.
Setelah melalui serangkaian seleksi ketat, akhirnya secara rahasia diputuskan
bahwa Amerika akan membangun WTC kedua di Raja Ampat. Wow, keren kan? Silakan
mengunjungi WTC cabang Raja Ampat dan Anda akan menemui bahwa gedung WTC yang
ada dalam bayangan Anda itu tidak ada karena cerita saya di atas hanyalah
fiktif belaka. Hehehe...
WTC yang
sebenarnya di Raja Ampat bukanlah World
Trade Center, tetapi Waisai Torang Cinta. Ini adalah sebuah pantai yang
terletak di Kota Waisai. Lokasinya hanya sekitar 200 meter ke arah selatan dari
Masjid Agung Waisai. Aksesnya sangat mudah jadi kita tinggal jalan kaki menuju
WTC. Banyak kuliner nusantara yang dijajakan di sepanjang perjalanan menuju
Pantai WTC dengan seafood sebagai kuliner
andalannya. Tidak ada tiket masuk untuk bersenang-senang di WTC.
WTC dijadikan
tempat pembukaan Sail Raja Ampat yang diresmikan oleh Presiden SBY pada 24
Agustus 2014. Ciri khas WTC ini mempunyai ruang terbuka yang
sangat luas, bersih, dan nyaman untuk berkegiatan seperti olahraga, bersepeda
atau bercengkrama bersama keluarga. Hanya saja kita tidak bisa berbasah-basahan
dengan air lautnya karena air laut telah dibatasi dengan beton pembatas. Hal
istimewa lain adalah jika langit sedang cerah kita bisa melihat sunrise seolah muncul dari balik ujung
laut WTC. It’s so beautifull apalagi jika seorang
fotografer dapat mengabadikannya dalam siluet. Kilauan cahaya mentari pagi yang
keemasan terpantul di laut tenang dan permukaan jembatan-jembatan kayu yang
mengitari tepiannya. Terciptalah barisan bayangan indah yang menghiasi WTC di
pagi hari. Laut yang tenang, suasana yang sepi, ditemani dengan sunrise yang memesona membuat hati
menjadi tenang dan damai.
Pelangi
Laut di Waiwo
30 menit
naik mobil dari pusat kota Waisai kita akan bertemu dengan sebuah pantai cantik
yang juga memiliki kekhasan tersendiri. Dialah Waiwo. Waiwo sangat cocok bagi
Anda yang menyukai diving karena
tanpa menyelam pun kita bisa melihat ratusan ikan yang mucul di permukaan laut.
Ikan-ikan ini sungguh indah karena tubuhnya yang berwarna-warni seperti
pelangi. Merah, kuning, biru, hijau, hitam, putih, ungu, berenang-renang dengan
tenang di hijaunya laut (selama saya di Papua warna air lautnya memang berbeda
dengan di Jawa). Jika tanpa menyelam kita bisa melihat pelangi laut yang indah
itu, lalu bagaimana jika kita menyelaminya?
Di
sekitar pantai ini terdapat pulau-pulau alami yang tertutup rimbunnya pohon.
Bayangannya terpantul di air laut yang begitu jernih. Pantai ini bersih, tidak
ada sampah bertebaran. Fasilitas yang ditawarkan oleh pantai ini berupa resort
bernuansa etnik yang disetting
seperti di tengah hutan, persewaan perlengkapan diving, persewaan perahu, dan gazebo.
Pasir
putih dengan garis pantai yang panjang. Itulah Saleo. Saleo tempat yang sangat
menyenangkan untuk bermain-main dengan air laut. Pantai-pantai di Raja Ampat
memiliki ombak yang tenang, termsasuk Saleo. Ini karena ombak-ombak besar telah
pecah oleh gugusan pulau karst. Sehingga, pantai-pantai ini cocok untuk Anda yang
takut pada ombak besar dan aman untuk anak-anak. Kita tidak perlu mengeluarkan
uang tiket untuk masuk ke pantai ini.
Gazebo kayu
berjajar rapih di bawah pepohonan yang rindang, resort kayu bergaya alam yang
menghadap laut, panggung hiburan, banyak obyek menarik untuk berfoto dan lokasi
yang bersih semakin melengkapi hari-hari Anda yang menyenangkan kala tiba di
putihnya pasir Saleo.
***
Begitulah perjalanan
wisata saya di Raja Ampat. Sebuah kesempatan yang Luar Biasa pernah mengunjungi
negeri yang sangat menawan tempat 4
pangeran “ditetaskan”. Tak salah jika Raja Ampat disebut sebagai Piece of Paradise, Kepingannya Surga. Sudah selayaknya kita bangga dan menjaga kecantikanya, bersyukur
pada Sang Pencipta atas kekayaan alam yang telah diberikan kepada kita, dan tentu
saja mengunjunginya sebagai bukti cinta kita pada INDONESIA. Sehingga tiada lagi kata yang pantas diucapkan kecuali,
SubhanaAllah (Maha Suci Allah) dan Alhamdullillah (Segala puji bagi Allah).
Papua Dalam Cinta
(Pay Feat Soa-soa)
“Begitu banyaknya pulau yang indah,
inilah Papuaku.
Permata hijau laut dan seninya
begitu menyenangkan jiwa.
Banyak pujian dan kekaguman
budaya dan alammu.
Kamu dan aku sama-sama cinta,
cinta padamu Papuaku.
Tiada yang lebih membanggakan jiwa
hanyalah Papuaku.
Senyuman tulus dan penuh cinta
sungguh menyentuh sanubari.
Banyak pujian dan kekaguman
hanyalah untuk Papuaku.
Kita cinta Papua
Tanah Papua...”
inilah Papuaku.
Permata hijau laut dan seninya
begitu menyenangkan jiwa.
Banyak pujian dan kekaguman
budaya dan alammu.
Kamu dan aku sama-sama cinta,
cinta padamu Papuaku.
Tiada yang lebih membanggakan jiwa
hanyalah Papuaku.
Senyuman tulus dan penuh cinta
sungguh menyentuh sanubari.
Banyak pujian dan kekaguman
hanyalah untuk Papuaku.
Kita cinta Papua
Tanah Papua...”
https://drive.google.com/file/d/0B6ut4qmVOTGWMkJvbFpZejBQZWM/view?usp=drivesdk
BalasHapusWeb: almawaddah.info
Salam
Kepada:
Redaksi, rektor dan para akademik
Per: Beberapa Hadis Sahih Bukhari dan Muslim yang Disembunyikan
Bagi tujuan kajian dan renungan. Diambil dari web: almawaddah. info
Selamat hari raya, maaf zahir dan batin.
Daripada Pencinta Islam rahmatan lil Alamin wa afwan