Jumat, 10 Januari 2014

Resolusi Melawan Banjir

     Tahun baru selalu identik dengan penyambutan yang penuh dengan gegap gempita. Suara terompet yang bersahutan, kembang api warna-warni yang pecah di langit malam, dan segala bentuk acara digelar untuk meramaikannya. Bagi sebagian orang atau organisasi merasa lebih bijak bila merayakannya dengan membuat refleksi akhir tahun, lalu membuat resolusi dan strategi barunya untuk mencapai harapan-harapan satu tahun ke depan.
      Selain hal-hal di atas, jika kita amati ada pemandangan yang tak pernah absen dari pergantian tahun di Indonesia, yaitu banjir. Banjir selalu mewarnai pergantian tahun di Indonesia. Sebuah pemandangan yang terlihat kontras dengan gegap gempita penyambutan tahun baru. Lihat saja, berita banjir telah tersiar dari sejumlah tempat di ujung tahun 2013 ini seperti di Purworejo, Bojonegoro, Tuban, Mojokerto, Gresik, Padang, Medan, Lampung, dan yang setiap tahun menjadi tempat langganan banjir yaitu, Jakarta. Kerugian dari segi materi dan non materi tentu tak dapat terelakkan lagi.
     Banjir, selain karena faktor alam, sangat erat hubungannya dengan sikap manusia dalam hal kebersihan. Kebersihan adalah sebagian dari iman. Begitulah ungkapan sebuah pepatah yang mengandung arti bahwa keimanan seseorang dapat ditunjukkan melalui sikapnya dalam menjaga kebersihan. Tingkat kepedulian seseorang pada kebersihan juga mencerminkan karakternya. Orang yang dengan mudah membuang sampah sembarangan meski hanya sebuah bungkus permen, maka dapat dipastikan dia adalah orang yang suka menyepelekan pekerjaan, menyukai sesuatu secara instan/malas, tidak visioner, dan lemah tanggung jawab.
    Saya akan bahas mengapa bisa disebut demikian. Orang yang sering membuang sampah sembarangan adalah orang yang suka menyepelekan pekerjaan. Hal ini dikarenakan mereka tidak berpikir dampak besar dari sikap yang dilakukannya. Mereka menganggap bahwa toh hanya sebuah bungkus permen, hanya sebuah gelas air mineral, hanya sebuah plastik minum dan sedotannya, hanya sebuah benda kecil di hamparan bumi yang luas ini. Apa masalahnya? Tentu saja masalah karena yang berpikir demikian tidak hanya satu orang, tetapi banyak orang. Sehingga andai bungkus permen yang bertebaran di jalan itu terkumpul, banyaknya bisa sampai menimbun mereka yang berpikir demikian.
     Orang yang sering membuang sampah sembarangan adalah orang menyukai sesuatu secara instan/malas. Seringkali penulis temui orang-orang dengan mudahnya membuang sebuah bungkus makanan atau minuman saat mengendarai motor atau mobil di jalan. Mereka, orang-orang kaya yang miskin karakter. Mereka berpikir yang penting mereka telah terbebas dari sampah, tanpa mau bergerak untuk mencari tempat sampah atau setidaknya menyimpannya terlebih dahulu. Mereka tidak sadar bahwa di saat mereka terbebas dari sampah, di saat itu pula ada orang lain yang menerima dampaknya.
    Orang yang sering membuang sampah sembarangan bukanlah orang yang visioner. Hal ini dikarenakan mereka tidak berpikir dampak jangka panjang dari sikap yang dilakukannya. Tempat menjadi kumuh, merusak keindahan, sarang penyakit, dan tentu saja banjir adalah dampak jangka panjang dari sikap tersebut.
    Lemahnya tanggung jawab adalah karakter lain dari orang yang membuang sampah sembarangan. Mereka berpikir bahwa tugas menjaga kebersihan keindahan, dan kenyamanan daerah adalah tanggung jawab orang-orang yang berkepentingan saja (pemerintah dan penjaga kebersihan). Pemerintah tidak perlu mengeruk berton-ton sampah di sungai jika masyarakat tidak membuang sampah di sungai. Pemerintah tidak perlu memperbaiki sistem drainase jika masyarakat tidak membuang sampah di parit-parit. Menjaga kebersihan bukan juga tugas seorang penjaga kebersihan saja. “Mereka dibayar untuk membersihkan sampah, untuk apa mereka dibayar jika hanya ongkang-ongkang?” Jika ada yang berpikir demikian berarti dia adalah orang yang lemah dalam bertanggung jawab. Mereka tidak sadar bahwa menjaga kebersihan adalah tanggung jawab seluruh masyarakat. Setiap orang memiliki peran untuk menjaganya, apalagi jika dia yang menikmati benda tersebut sebelum menjadi sampah.
     Aksi Bersih-bersih tepi laut SD N 1 Bumi Waras, Bdr Lpg
    Aksi bersih-bersih tepi laut yang pernah di lakukan oleh siswa-siswa SDN 1 Bumi Waras, Bandar Lampung pun bukanlah suatu acara rutin. Mereka tidak akan melakukannya tiap semester, tiap bulan, tiap pekan, apalagi tiap ada pengunjung yang membuang sampah sembarangan. Namun, acara yang diinisiasi oleh penulis ini merupakan sebuah stimulus bagi masyarakat agar mereka mau menjaga lautnya dari sampah. Mereka harus belajar dari anak-anak yang mau bergotong royong menjaga kebersihan tepi laut, bukan menggantungkan kebersihannya pada mereka.
    Membuang sampah sembarangan, suatu tindakan kecil yang berdampak besar karena membuang sampah sembarangan sama saja menimbun bencana. Sayangnya, masih banyak orang Indonesia yang membuang sampah sembarangan. Sehingga dapat dikatakan pula bahwa masih banyak orang Indonesia yang suka menyepelekan pekerjaan, menyukai hal yang instan/malas, tidak visioner, dan lemah dalam tanggung jawab. Tentu ini pemandangan yang memprihatinkan.
    Apabila masyarakat Indonesia tidak segera memperbaiki sikapnya, maka bencana banjir akan terus mewarnai setiap pergantian tahun. Jika sudah demikian apakah lantas kita akan menyalahkan pemerintah? Apakah lantas akan menyalahkan penjaga kebersihan kota? Apa malah menyalahkan Tuhan? Bukankah kerusakan di muka bumi ini karena ulah manusia semata? Maka dari itu, di tahun baru ini buatlah resolusi diri untuk mulai peduli terhadap lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan mengajak orang-orang untuk mengikuti langkah kita agar banjir tak lagi menyapa di tahun-tahun selanjutnya.
Berebut memungut sampah


Saatnya membuang sampat di tempat yang tepat














Anisse Alami, Konsultan Pendidikan pada Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa