Senin, 13 April 2015

Raja Ampat: Piece of Paradise


Assalamulaikum, SUDONDO...(SELAMAT PAGI..)!

“Libur tlah tiba, libur tlah tiba hatiku gembira..”

       Cuplikan lagu di atas mengingatkan saya saat menikmati libur semester 1 kemarin. Bedanya, kali ini saya bukan sebagai siswa, tetapi sebagai guru. Sudah sampai di Papua Barat, tak lengkap rasanya kalau tidak mengunjungi tempat wisata bahari yang sangat terkenal keindahanya. Suatu tempat di mana air laut berwarna hijau terang dan bersih sehingga kita bisa melihat ikan warna-warni seperti pelangi berenang di permukaan, pasir putih nan lembut, dan pepohonan alami yang tumbuh di gugusan pulau-pulau karst. Mana lagi kalau bukan, RAJA AMPAT.

    Semua orang yang pernah mendengar misteri kecantikannya pasti sangat memimpikan untuk bisa mengunjunginya. Bagi orang yang pernah mengunjunginya, Raja Ampat seolah memiliki zat adiktif yang dapat membuat wisatawan ketagihan untuk kembali lagi. Bagi yang belum, ini waktunya membaca tulisan petualangan saya di setitik surga yang jatuh ke bumi itu. Yuk, ikuti saya! :D

      Saat tiba di Raja Ampat, biasanya salah satu pertanyaan orang adalah, “Mengapa namanya Raja Ampat?” Ternyata ada sebuah mitos yang menceritakan tentang asal-usul Raja Ampat. Asal mula nama Raja Ampat menurut mitos masyarakat setempat berasal dari seorang wanita yang menemukan tujuh telur. Empat butir di antaranya menetas menjadi empat orang pangeran yang berpisah dan masing-masing menjadi raja yang berkuasa di Waigeo, Salawati, Misool Timur dan Misool Barat. Sementara itu, tiga butir telur lainnya menjadi hantu, seorang wanita, dan sebuah batu.

     Dalam perjalanan sejarah, wilayah Raja Ampat telah lama dihuni oleh masyarakat bangsawan dan menerapkan sistem adat Maluku. Tiap desa dipimpin oleh seorang raja. Semenjak berdirinya lima kesultanan muslim di Maluku, Raja Ampat menjadi bagian dari Kesultanan Tidore. Itulah mengapa Raja Ampat adalah salah satu daerah di Papua yang memiliki cukup banyak penduduk Muslim. Setelah Kesultanan Tidore takluk dari Belanda, Kepulauan Raja Ampat menjadi bagian dari Hindia-Belanda.




How to get Raja Ampat?

     Mengunjungi kepulauan ini tidaklah terlalu sulit walau memang memakan waktu dan biaya cukup besar. Anda harus ke Sorong untuk memulainya karena tak ada penerbangan/pelayaran yang langsung menuju Raja Ampat (sudah ada bandara tetapi belum siap digunakan). Kapal Feri adalah satu-satunya pilihan untuk sampai ke sana dengan jadwal jam 9 dan jam 14.00 WIT untuk hari Senin, Rabu, dan Jumat. Hari-hari selain itu hanya ada jam 14.00 WIT. Ongkosnya cukup terjangkau yaitu Rp 130.000,00 dengan fasilitas ruang ber AC, TV, dan kondisi kapal yang baru dan bersih. Waktu itu saya dan teman-teman naik kapal Feri dengan jadwal jam 14.00. Perjalanan menempuh waktu 2 jam + keberangkatan yang tertunda selama 30 menit. Begitulah Indonesia. 

     Selama di Raja Ampat, kami tinggal di salah satu rumah guru yang mengajar di sekolah kami. Suami guru tersebut bekerja pada sebuah bank lokal di Kota Kabupaten Raja Ampat, Waisai. Ini membuat kami menjadi hemat pengeluaran untuk urusan tempat tinggal. Perlu kita ingat bahwa Raja Ampat adalah sebuah kepulauan. Ini berbeda dengan Bali yang hanya memiliki 1 pulau utama. Jika di Bali kita ingin mengunjungi pantai-pantai yang telah mendunia, kita tinggal melakukan perjalanan darat. Tetapi di Raja Ampat, itu artinya kita harus menempuh perjalanan laut menggunakan speed boat lagi untuk sampai di titik utama “surga” itu, misalnya saja ke Wayag.

     Rata-rata untuk sampai ke titik-titik itu membutuhkan waktu 2-3 jam perjalanan. Meski sudah ada spead boat yang dikelola pemerintah di sana, tetapi kita tetap harus menyewanya. Ongkos sewa PP bisa mencapai Rp 5000.000,00 untuk sekali perjalanan. Jadi jika ingin mengeluarkan ongkos yang lebih murah, lebih baik Anda melakukan perjalanan secara berkelompok agar ongkos speed boat bisa ditanggung bersama. Speed boat yang digunakan biasanya berukuran sedang yang bisa menampung sebanyak kurang lebih 15 penumpang. Anda juga bisa memilih paket wisata jika ingin menikmati keindahan lebih lama. Harga paket wisata bermacam-macam. Terakhir yang saya tahu ada sebuah paket wisata temurah ditawarkan dengan harga Rp 1000.000,00 per orang.
 
   Cerita tentang keindahan kepulauan Raja Ampat dengan Wayag sebagai primadonanya adalah hal yang sudah banyak diketahui. Saya akan bercerita tentang pengalaman saya selama di Raja Ampat dari sisi lain yang barangkali belum diketahui banyak orang terutama tentang masyarakatnya.


Kapal Feri Raja Ampat



Selamat Datang. Mbilinkayam.
Raja Ampat. Kabupaten Bahari

      Begitulah ucap tugu selamat datang kepada kita. Tugu yang diresmikan oleh Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan itu diresmikan pada tahun 2007. Peresmian yang dilakukan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dilakukan karena Raja Ampat menamai dirinya sebagai Kabupaten Bahari atau kabupaten yang memfokuskan dirinya pada kegiatan kelautan. Tugu ini terletak sekitar 200 meter dari Pelabuhan Waisai. Daerah di sekitar pelabuhan masih sepi penduduk. Satu-satunya jalan besar menguhubungkan pelabuhaan dengan pemukiman sejauh sekitar 500 meter. Alhamdulillah, meski baru ada satu jalan besar, tetapi jalan sudah diaspal dan sangat mulus. Belum ada transportasi umum di Raja Ampat. Sehingga jika kita ingin berjalan-jalan, kita harus menyewa mobil atau jika mempunyai kerabat Anda bisa meminjam alat transportasinya.  

      Perjalanan dari pelabuhan ke rumah teman kami, kami tempuh dengan naik mobil sewa. Biaya sewa untuk mengantar kami untuk perjalanan sekitar 1km sebesar Rp 100.000, 00. Selama di perjalanan terlihat di tengah jalan terdapat banyak lampu jalanan yang terpasang panel surya di atasnya. Pemanfaatan panel surya ini juga dilakukan di Kabupaten penempatan saya, Tambrauw. Namun, pemasangannya hanya di rumah-rumah penduduk. Bukan sebagai sumber energi lampu jalanan.  

     Sekalipun kebanyakan wisatawan yang datang ke Raja Ampat saat ini adalah para penyelam, sebenarnya lokasi ini menarik juga bagi turis non penyelam karena juga memiliki pantai-pantai berpasir putih yang sangat indah, gugusan pulau-pulau karst nan mempesona dan flora-fauna unik endemik seperti Cendrawasih Merah, Cendrawasih Wilson, Maleo Waigeo, beraneka burung Kakatua dan Nuri, Kuskus Waigeo, serta beragam jenis Anggrek. Bagi seorang back packer, di sini banyak masyarakat ramah yang dengan senang hati disinggahi. Masyarakat di sini, terutama di Waisai, cukup heterogen. Orang Sulawesi, Ambon, Jawa, bahkan saya menemui orang Sumatera Utara bekerja di sini.

Tugu Selamat Datang


Kumandang Cinta Masjid Agung Waisai

     “Allahu Akbar, Allahu Akbar....” kumandang cinta di senja hari kala itu terdengar begitu merdu dari menara Masjid Agung Waisai. Telinga saya begitu rindu pada ajakan untuk bersujud itu. Wajar saja, di kampung penempatan saya tidak ada Masjid sama sekali karena jumlah orang Muslim yang tidak sampai 20 orang dari sekitar 1000 penduduk.

      Masjid Agung Waisai terletak di jalan utama Kota Waisai, sekitar 300 meter dari tugu selamat datang. Arsitektur modern pada tiap sudutnya menunjukkan ini adalah Masjid yang baru saja berdiri. Yak, Masjid ini memang baru saja diresmikan tahun 2014.  Pada April 2014, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia, Agung Laksono membuka dengan resmi kegiatan Musabakah Tilawatil Quran Ke-5 Tingkat Provinsi Papua Barat. Pembukaan MTQ ke-5 tersebut ditandai dengan pemukulan Tifa dan disaksikan oleh seluruh peserta dan undangan yang memadati pelataran Masjid Agung Waisai, Raja Ampat.


     Pembukaan kegiatan MTQ ke-5 Papua Barat dihadiri Wakil Menteri Agama RI, Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi Papua Barat, Wakil Gubernur Papua Barat, Pangdam 17 Cenderawasih, Kapolda Papua, Para bupati dan wakil bupati se-Provinsi Papua Barat, Walikota Sorong, Para Wakil bupati serta sejumlah pejabat tinggi baik Jakarta, Papua Barat maupun Raja Ampat. Kegiatan MTQ ke-5 ini dihadiri 11 kontingen: Raja Ampat, Kabupaten Sorong, Kota Sorong, Sorong Selatan, Tambrauw, Manokwari, Manokwari Selatan, Teluk Bintuni, Kaimana, Teluk Wondama, dan Kabupaten Fakfak.

Panggung MTQ Papua Barat



     Masjid ini memiliki halaman yang sangat luas sehingga dapat dimanfaatkan untuk suatu acara dengan leluasa. Masjid yang cukup bersih, aliran udara yang sangat lancar, dan koneksi internet yang cepat (saya memakai modem karena Masjid ini belum dilengkapi Wifi) membuat saya betah berlama-lama di Masjid ini. Kekurangan dari Masjid ini adalah belum banyak taman di halaman Masjid dan belum tertata dengan baik, kamar kecil dan loker terlihat kurang terawat, dan tidak ada stop kontak untuk jama’ah.


     Selain untuk kegiatan Solat, Masjid ini juga digunakan anak-anak untuk belajar membaca Quran. Jika di Solo biasanya anak-anak belajar membaca Quran pada sore hari setelah Solat Ashar, di Raja Ampat kegiatan itu setelah Solat Isya. Semua anak-anak yang belajar mengaji adalah para pendatang. Saya hanya menemui beberapa Jama’a Solat dari suku asli Papua.


     Masjid Agung ini telah mempertemukan saya dengan jama’ah yang ramah seperti Kak Mia yang berasal dari Kendari dan Bu Nur yang berasal dari Makasar. Mereka mempersilakan saya untuk berkunjung ke rumahnya. Kak Mia adalah seorang guru Agama Islam yang tinggal bersama keluarga kakaknya yang bekerja sebagai pengrajin furniture. Kak Mia waktu itu sedang nunggu SK penempatan. Beliau tertarik mengajar di pelosok karena merasa sayang sekali anak-anak pelosok tidak mendapat pendidikan yang baik. Kakaknya telah memiliki 4 orang anak yang lucu-lucu, tetapi satu anaknya sedang sekolah di Makasar.


     Saya juga menyempatkan diri berkunjung ke rumah Bu Nur. Lebih tepatnya rumah anaknya. Waktu itu beliau dan suaminya sedang berkunjung ke rumah anaknya karena anaknya akan menjalani proses persalinan. Rumah asli Bu Nur di Makasar. Suaminya seorang purnawirawan TNI-AD. Profesi itu membuat Bu Nur pernah tinggal dari ujung barat hingga ujung timur Indonesia. Keluarga Kak Mia dan Bu Nur adalah keluarga yang ramah dan baik sekali. Kami masih saling bertanya kabar jika saya sedang ke kota.


Masjid Agung Waisai Kala Subuh




Bersama Keponakan Kak Mia


Sunrise ala WTC

     Mungkin Anda tidak percaya kalau sebenarnya Raja Ampat juga memiliki WTC. Ceritanya, setelah WTC ditabrak pesawat hingga luluh lantak pada tahun 2001 dulu pemerintah Amerika menginginkan pembangunan WTC kedua kalinya tetapi di tempat yang lebih nyaman, aman, dan berada di tengah keindahan alam. Akhirnya pemerintah Amerika melakukan survey mendalam di banyak lokasi di dunia, salah satunya Raja Ampat. Setelah melalui serangkaian seleksi ketat, akhirnya secara rahasia diputuskan bahwa Amerika akan membangun WTC kedua di Raja Ampat. Wow, keren kan? Silakan mengunjungi WTC cabang Raja Ampat dan Anda akan menemui bahwa gedung WTC yang ada dalam bayangan Anda itu tidak ada karena cerita saya di atas hanyalah fiktif belaka. Hehehe...

     WTC yang sebenarnya di Raja Ampat bukanlah World Trade Center, tetapi Waisai Torang Cinta. Ini adalah sebuah pantai yang terletak di Kota Waisai. Lokasinya hanya sekitar 200 meter ke arah selatan dari Masjid Agung Waisai. Aksesnya sangat mudah jadi kita tinggal jalan kaki menuju WTC. Banyak kuliner nusantara yang dijajakan di sepanjang perjalanan menuju Pantai WTC dengan seafood sebagai kuliner andalannya. Tidak ada tiket masuk untuk bersenang-senang di WTC.  

     WTC dijadikan tempat pembukaan Sail Raja Ampat yang diresmikan oleh Presiden SBY pada 24 Agustus 2014.  Ciri khas WTC ini mempunyai ruang terbuka yang sangat luas, bersih, dan nyaman untuk berkegiatan seperti olahraga, bersepeda atau bercengkrama bersama keluarga. Hanya saja kita tidak bisa berbasah-basahan dengan air lautnya karena air laut telah dibatasi dengan beton pembatas. Hal istimewa lain adalah jika langit sedang cerah kita bisa melihat sunrise seolah muncul dari balik ujung laut WTC. It’s so beautifull apalagi jika seorang fotografer dapat mengabadikannya dalam siluet. Kilauan cahaya mentari pagi yang keemasan terpantul di laut tenang dan permukaan jembatan-jembatan kayu yang mengitari tepiannya. Terciptalah barisan bayangan indah yang menghiasi WTC di pagi hari. Laut yang tenang, suasana yang sepi, ditemani dengan sunrise yang memesona membuat hati menjadi tenang dan damai.


The Sunrise
Ruang Terbuka yang Lapang


Pelangi Laut di Waiwo

     30 menit naik mobil dari pusat kota Waisai kita akan bertemu dengan sebuah pantai cantik yang juga memiliki kekhasan tersendiri. Dialah Waiwo. Waiwo sangat cocok bagi Anda yang menyukai diving karena tanpa menyelam pun kita bisa melihat ratusan ikan yang mucul di permukaan laut. Ikan-ikan ini sungguh indah karena tubuhnya yang berwarna-warni seperti pelangi. Merah, kuning, biru, hijau, hitam, putih, ungu, berenang-renang dengan tenang di hijaunya laut (selama saya di Papua warna air lautnya memang berbeda dengan di Jawa). Jika tanpa menyelam kita bisa melihat pelangi laut yang indah itu, lalu bagaimana jika kita menyelaminya?

    Di sekitar pantai ini terdapat pulau-pulau alami yang tertutup rimbunnya pohon. Bayangannya terpantul di air laut yang begitu jernih. Pantai ini bersih, tidak ada sampah bertebaran. Fasilitas yang ditawarkan oleh pantai ini berupa resort bernuansa etnik yang disetting seperti di tengah hutan, persewaan perlengkapan diving, persewaan perahu, dan gazebo.

Dermaga







Warna-warni Pelangi Laut

Putihnya Pasir Saleo

    Pasir putih dengan garis pantai yang panjang. Itulah Saleo. Saleo tempat yang sangat menyenangkan untuk bermain-main dengan air laut. Pantai-pantai di Raja Ampat memiliki ombak yang tenang, termsasuk Saleo. Ini karena ombak-ombak besar telah pecah oleh gugusan pulau karst. Sehingga, pantai-pantai ini cocok untuk Anda yang takut pada ombak besar dan aman untuk anak-anak. Kita tidak perlu mengeluarkan uang tiket untuk masuk ke pantai ini.

     Gazebo kayu berjajar rapih di bawah pepohonan yang rindang, resort kayu bergaya alam yang menghadap laut, panggung hiburan, banyak obyek menarik untuk berfoto dan lokasi yang bersih semakin melengkapi hari-hari Anda yang menyenangkan kala tiba di putihnya pasir Saleo.



Bersama Teman-teman

***

     Begitulah perjalanan wisata saya di Raja Ampat. Sebuah kesempatan yang Luar Biasa pernah mengunjungi negeri yang sangat menawan tempat  4 pangeran “ditetaskan”. Tak salah jika Raja Ampat disebut sebagai Piece of Paradise, Kepingannya Surga. Sudah selayaknya kita bangga dan menjaga kecantikanya, bersyukur pada Sang Pencipta atas kekayaan alam yang telah diberikan kepada kita, dan tentu saja mengunjunginya sebagai bukti cinta kita pada INDONESIA. Sehingga tiada lagi kata yang pantas diucapkan kecuali, SubhanaAllah (Maha Suci Allah) dan Alhamdullillah (Segala puji bagi Allah).




                                                 Papua Dalam Cinta
                                                (Pay Feat Soa-soa)

“Begitu banyaknya pulau yang indah,
inilah Papuaku.
Permata hijau laut dan seninya
begitu menyenangkan jiwa.
Banyak pujian dan kekaguman
budaya dan alammu.
Kamu dan aku sama-sama cinta,
cinta padamu Papuaku.
Tiada yang lebih membanggakan jiwa
hanyalah Papuaku.
Senyuman tulus dan penuh cinta
sungguh menyentuh sanubari.
Banyak pujian dan kekaguman
hanyalah untuk Papuaku.
Kita cinta Papua
Tanah Papua...”

1 komentar:

  1. https://drive.google.com/file/d/0B6ut4qmVOTGWMkJvbFpZejBQZWM/view?usp=drivesdk

    Web: almawaddah.info

    Salam


    Kepada:

     

    Redaksi, rektor dan para akademik


    Per: Beberapa Hadis Sahih Bukhari dan Muslim yang Disembunyikan


    Bagi tujuan kajian dan renungan. Diambil dari web: almawaddah. info

    Selamat hari raya, maaf zahir dan batin. 


    Daripada Pencinta Islam rahmatan lil Alamin wa afwan

    BalasHapus

Tidak ada komentar:
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda