Tahun
baru selalu identik dengan penyambutan yang penuh dengan gegap gempita. Suara
terompet yang bersahutan, kembang api warna-warni yang pecah di langit malam, dan
segala bentuk acara digelar untuk meramaikannya. Bagi sebagian orang atau
organisasi merasa lebih bijak bila merayakannya dengan membuat refleksi akhir
tahun, lalu membuat resolusi dan strategi barunya untuk mencapai
harapan-harapan satu tahun ke depan.
Selain
hal-hal di atas, jika kita amati ada pemandangan yang tak pernah absen dari
pergantian tahun di Indonesia, yaitu banjir. Banjir selalu mewarnai pergantian
tahun di Indonesia. Sebuah pemandangan yang terlihat kontras dengan gegap
gempita penyambutan tahun baru. Lihat saja, berita banjir telah tersiar dari sejumlah
tempat di ujung tahun 2013 ini seperti di Purworejo, Bojonegoro, Tuban, Mojokerto, Gresik, Padang, Medan,
Lampung, dan yang setiap tahun menjadi tempat langganan banjir yaitu, Jakarta.
Kerugian dari segi materi dan non materi tentu tak dapat terelakkan lagi.
Banjir,
selain karena faktor alam, sangat erat hubungannya dengan sikap manusia dalam
hal kebersihan. Kebersihan adalah sebagian dari iman. Begitulah ungkapan sebuah
pepatah yang mengandung arti bahwa keimanan seseorang dapat ditunjukkan melalui
sikapnya dalam menjaga kebersihan. Tingkat kepedulian seseorang pada kebersihan
juga mencerminkan karakternya. Orang yang dengan mudah membuang sampah
sembarangan meski hanya sebuah bungkus permen, maka dapat dipastikan dia adalah
orang yang suka menyepelekan pekerjaan, menyukai sesuatu secara instan/malas,
tidak visioner, dan lemah tanggung jawab.
Saya
akan bahas mengapa bisa disebut demikian. Orang yang sering membuang sampah
sembarangan adalah orang yang suka menyepelekan pekerjaan. Hal ini dikarenakan
mereka tidak berpikir dampak besar dari sikap yang dilakukannya. Mereka
menganggap bahwa toh hanya sebuah bungkus permen, hanya sebuah gelas air
mineral, hanya sebuah plastik minum dan sedotannya, hanya sebuah benda kecil di
hamparan bumi yang luas ini. Apa masalahnya? Tentu saja masalah karena yang
berpikir demikian tidak hanya satu orang, tetapi banyak orang. Sehingga andai
bungkus permen yang bertebaran di jalan itu terkumpul, banyaknya bisa sampai menimbun
mereka yang berpikir demikian.
Orang
yang sering membuang sampah sembarangan adalah orang menyukai sesuatu secara
instan/malas. Seringkali penulis temui orang-orang dengan mudahnya membuang
sebuah bungkus makanan atau minuman saat mengendarai motor atau mobil di jalan.
Mereka, orang-orang kaya yang miskin karakter. Mereka berpikir yang penting
mereka telah terbebas dari sampah, tanpa mau bergerak untuk mencari tempat
sampah atau setidaknya menyimpannya terlebih dahulu. Mereka tidak sadar bahwa
di saat mereka terbebas dari sampah, di saat itu pula ada orang lain yang
menerima dampaknya.
Orang
yang sering membuang sampah sembarangan bukanlah orang yang visioner. Hal ini
dikarenakan mereka tidak berpikir dampak jangka panjang dari sikap yang
dilakukannya. Tempat menjadi kumuh, merusak keindahan, sarang penyakit, dan
tentu saja banjir adalah dampak jangka panjang dari sikap tersebut.
Lemahnya
tanggung jawab adalah karakter lain dari orang yang membuang sampah
sembarangan. Mereka berpikir bahwa tugas menjaga kebersihan keindahan, dan
kenyamanan daerah adalah tanggung jawab orang-orang yang berkepentingan saja (pemerintah
dan penjaga kebersihan). Pemerintah tidak perlu mengeruk berton-ton sampah di
sungai jika masyarakat tidak membuang sampah di sungai. Pemerintah tidak perlu
memperbaiki sistem drainase jika masyarakat tidak membuang sampah di parit-parit.
Menjaga kebersihan bukan juga tugas seorang penjaga kebersihan saja. “Mereka dibayar
untuk membersihkan sampah, untuk apa mereka dibayar jika hanya
ongkang-ongkang?” Jika ada yang berpikir demikian berarti dia adalah orang yang
lemah dalam bertanggung jawab. Mereka tidak sadar bahwa menjaga kebersihan
adalah tanggung jawab seluruh masyarakat. Setiap orang memiliki peran untuk
menjaganya, apalagi jika dia yang menikmati benda tersebut sebelum menjadi
sampah.
Aksi Bersih-bersih tepi laut SD N 1 Bumi Waras, Bdr Lpg |
Aksi
bersih-bersih tepi laut yang pernah di lakukan oleh siswa-siswa SDN 1 Bumi
Waras, Bandar Lampung pun bukanlah suatu acara rutin. Mereka tidak akan
melakukannya tiap semester, tiap bulan, tiap pekan, apalagi tiap ada pengunjung
yang membuang sampah sembarangan. Namun, acara yang diinisiasi oleh penulis ini
merupakan sebuah stimulus bagi masyarakat agar mereka mau menjaga lautnya dari
sampah. Mereka harus belajar dari anak-anak yang mau bergotong royong menjaga
kebersihan tepi laut, bukan menggantungkan kebersihannya pada mereka.
Membuang
sampah sembarangan, suatu tindakan kecil yang berdampak besar karena membuang
sampah sembarangan sama saja menimbun bencana. Sayangnya, masih banyak orang
Indonesia yang membuang sampah sembarangan. Sehingga dapat dikatakan pula bahwa
masih banyak orang Indonesia yang suka menyepelekan pekerjaan, menyukai hal
yang instan/malas, tidak visioner, dan lemah dalam tanggung jawab. Tentu ini
pemandangan yang memprihatinkan.
Apabila
masyarakat Indonesia tidak segera memperbaiki sikapnya, maka bencana banjir
akan terus mewarnai setiap pergantian tahun. Jika sudah demikian apakah lantas
kita akan menyalahkan pemerintah? Apakah lantas akan menyalahkan penjaga
kebersihan kota? Apa malah menyalahkan Tuhan? Bukankah kerusakan di muka bumi
ini karena ulah manusia semata? Maka dari itu, di tahun baru ini buatlah
resolusi diri untuk mulai peduli terhadap lingkungan dengan tidak membuang
sampah sembarangan dan mengajak orang-orang untuk mengikuti langkah kita agar
banjir tak lagi menyapa di tahun-tahun selanjutnya.
Berebut memungut sampah |
Saatnya membuang sampat di tempat yang tepat |
Anisse Alami, Konsultan Pendidikan pada Makmal Pendidikan Dompet Dhuafa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar